Jaga Kualitas Air Minum dengan Sanitasi Lingkungan

Ketersediaan air bersih khususnya air minum di suatu wilayah berpengaruh signifikan pada taraf kesehatan penduduknya. Untuk itu, diperlukan upaya menjaga serta meningkatkan kualitas air minum salah satunya dengan membangun sanitasi.

Hal tersebut disampaikan Bupati Bangka, Mulkan, SH MH saat membuka sosialisasi program Pamsimas III tingkat Kabupaten Bangka tahun anggaran 2020, Senin (30/09/19) di OR Bangka Setara.

“Kita jangan cuma sosialisasi, kita harus membangun infrastrukturnya dalam hal ini seperti sanitasi,” imbuh Bupati.

Diungkapkannya, masyarakat harus mengonsumsi air minum yang diketahui jelas proses sterilisasinya sehingga menjamin keamanan saat dikonsumsi.

“Kita harus memastikan air minum yang dikonsumsi sumbernya aman,” katanya

Selain itu, dibutuhkan kesadaran langsung masyarakat membiasakan pola hidup bersih dan sehat melalui upaya buang air besar ditempat yang sebagaimana mestinya.

“Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, jangan sampai ada yang melakukan sistem wc terbang,” katanya sambil tersenyum.

Sanitasi Aman Ciptakan Perilaku Hidup Sehat dan Higienis

Perilaku hidup bersih sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak diterpa berbagai penyakit. Salah satu penerapan hidup bersih yaitu dengan menyadari sanitasi pembangunan jamban dan memperhatikan air bersih yang digunakan sehari-hari. Pemerintah Kota Bekasi melalui Dinas Kesehatan terus menyosialisasikan pentingnya air minum bersih, sanitasi yang aman, perilaku higienis, dan pembangunan sepiteng ideal.  

“Pengelolaan sanitasi yang aman salah satunya jamban sehat dengan tangki septik, dan air minum bersih yang memenuhi aspek 4K yaitu kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan keterjangkauan,” kata Tanti Rohilawati, SKM., M.Kes., selaku Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi saat Bincang Sehat di Radio Dakta, Jumat (6/7). Pembangunan sepiteng juga harus diperhatikan salah satu indikatornya adalah kedap udara baik di samping atau di bawah bangunannya, jarak antara sumber mata air dengan sepiteng 10 m, lubang ventilasi, dan lainnya. 

Peran pemerintah dalam memberikan perhatian terhadap sanitasi dengan cara menyosialisasikannya melalui puskesmas, kemudian masing-masing puskesmas di berbagai daerah menyampaikannya ke masyarakat. Program pembanguan rumah tidak layak huni (rutilahu) juga termasuk indikator dalam pembangunan sepiteng yang sehat. dr Pevi yang hadir juga saat talk show menyampaikan, pentingnya perilaku hidup sehat dengan sanitasi pembangunan jamban sangat perlu diperhatikan agar menghindari penyakit yang dapat terjadi akibat lingkungan kotor.

 “Dampak dari penyakit lingkungan kotor yaitu diare, types yang bersentuhan dengan udara, dan stunting merupakan penyakit pertumbuhan yang tidak normal,” ungkapnya. Selain itu, hadir juga saat talk show USAID IUWASH PLUS, merupakan komunitas yang mendukung program pemerintah dalam meningkatkan akses air minum dan layanan sanitasi serta perbaikan perilaku bersih. Governance Specialist USAID IUWASH PLUS, Kartika Hermawati menyampaikan pihaknya mendukung kegiatan yang dilakukan Dinkes Kota Bekasi terkait penyuluhan dan pendampingan masyarakat mengelola wilayahnya dari aspek air minum dan sanitasi.  “Melakukan hidup bersih dari kegiatan sehari-hari sangat penting. Seperti sanitasi, tinja yang kita keluarkan harus dikelola dengan baik karena ada banyak sekali bakteri yang mengakibatkan berbagai penyakit,” jelas Tika.

Tekan BAB Sembarangan Lewat Jamban, Sragen Raih Penghargaan STBM 2019 dari Kemenkes RI

Kabupaten Sragen meraih penghargaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Berkelanjutan Award tahun 2019.

Penghargaan ini diterima langsung Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati dalam acara Seminar Hari Lingkungan Hidup Sedunia ke-9 yang dibuka dan diserahkan secara langsung oleh Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Nila Djuwita F Moeloek SpM(K) yang dilaksanakan di Auditorium dr. GA Siwabessi, Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (02/10/2019).

Dalam penghargaan ini Kabupaten Sragen meraih 3 kategori yang berbeda, diantaranya STBM berkelanjutan Award sebagai “Kabupaten Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) / ODF”, kategori “Inovasi STBM Berkelanjutan Kabupaten / Kota terbaik kedua” dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tidak hanya itu, Kabupaten Sragen juga meraih tanda penghargaan sanitarian/petugas kesehatan lingkungan Puskesmas terbaik Kabupaten/Kota SBS (ODF) 100% tahun 2019 dari Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.

Sertifikat penghargaan “STBM Berkelanjutan” juga sebagai apresiasi terhadap pencapaian Kabupaten/Koya yang telah terverifikasi Stop BABS/ODF serta yang memiliki inovasi terbaik dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas akses sanitasi layanan berbasis masyarakat. Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan Penghargaan ini diberikan setiap tahun kepada daerah terbaik yang memiliki akses penyediaan layanan sanitasi berkelanjutan berbasis masyarakat.

“Anugerah ini sebagai apresiasi kepada Kabupaten Sragen yang dinilai telah berhasil merubah perilaku masyarakat menjadi lebih higienis dan saniter melalui STBM,” jelas Bupati Yuni. Atas tiga penghargaan STBM yang diraih, Bupati Yuni berharap STBM award bisa memotivasi dalam mengimplementasikan lima pilar STBM seperti tidak buang air besar disembarang tempat, mencuci tangan dengan sabun dan dengan air yang mengalir, mengelola air minum rumah tangga.

Kepala Dinas Kesehatan Sragen dr. Hargiyanto menjelaskan Sragen dinilai memiliki inovasi terbaik dalam mempertahankan kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan sekaligus dalam meningkatkan kualitas akses layanan berbasis masyarakat. “Jadi dari Kabupaten / Kota seluruh Indonesia yang dapat STBM Award ada 19 Kabupaten / Kota, dan yang dapat inovasi terbaik ada 3 Kabupaten / Kota termasuk Kabupaten Sragen yang menempati peringkat terbaik kedua setelah Kabupaten Bantaeng (Sulawesi Selatan),” terangnya.

Ia menambahkan Program STBM berkelanjutan di Kabupaten Sragen tidak hanya berhenti dan sebatas dengan keberhasilan Pilar Stop Buang Air Besar Sembarangan. Hal ini terbukti dengan keberhasilan Kabupaten Sragen yang sudah mendeklarasikan sebagai Kabupaten Bebas Buang Air Besar Sembarangan / ODF pada akhir tahun 2018 lalu.

“Jumlah Akses sanitasi di Kabupaten Sragen hingga tahun 2018 tercatat  223.242 KK atau 76,4 % menggunakan jamban sehat permanen, 33.839 KK  atau 12,5 % menggunakan jamban sehat semi permanen, dan 31.086 KK  atau 11 % sharing menggunakan jamban sehat permanen dan semi permanen,” pungkasnya.

Menteri Kesehatan RI Nila Djuwita F Moeloek mengucapkan selamat kepada seluruh daerah yang mendapatkan penghargaan STBM ini.

“Wilayah yang Bapak Ibu pimpin sudah menyatakan diri bebas dari buang air besar sembarangan atau sudah memiliki STBM berbasis masyarakat,” ujarnya.

Kabupaten, kota dan provinsi pemenang ini tidak hanya layak mendapat apresiasi; mereka juga layak menjadi tempat pembelajaran bagi wilayah lain di Indonesia.