Sanitasi Lingkungan dan Derajat Kesehatan Masyarakat

Permasalahan sanitasi lingkungan merupakan salah satu indikator dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat atau dikenal dengan istilah H.L Blum. Ajakan memperbaiki sanitasi lingkungan dengan menggunakan metode STBM itu atau sanitasi total berbasis masyarakat disampaikan Dimas Prayoga, mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Kesehatan Umitra, di Bandar Lampung, Senin (10/10/2016). 

“Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat . Setiap rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum (menggunakan air bersih yang tidak terkontaminasi, dimasak hingga matang) dan makanan yang aman di rumah tangga,” imbau Dimas. 

Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar, mengelola limbahnya dengan benar, dan mengelola sampahnya dengan benar.

Tingkatkan Akses Sanitasi, Pemerintah Bangun Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik di Jakarta

Untuk mengatasi masalah sanitasi dan air limbah di DKI Jakarta, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) membantu Pemerintah Provinsi DKI 
Jakarta membangun instalasi pengolahan air limbah domestik dan jaringan perpipaan yang disebut dengan Jakarta Sewerage Development Project (JSDP). Tujuannya selain untuk meningkatkan akses sanitasi di DKI Jakarta juga melindungi kualitas air dari pencemaran limbah domestik seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas rumah tangga lainnya.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan masalah sanitasi bukan semata masalah ketersediaan infrastruktur, namun juga sangat bergantung pada pola perilaku hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan.

“Persepsi masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan masih belum menjadi kebutuhan. Praktik buang air besar sembarangan (BABS) juga masih terjadi di beberapa tempat,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu.

Pembangunan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Domestik di DKI Jakarta terdiri atas dua zona pelayanan, yaitu zona 1 dan zona 6. Konstruksi IPAL Zona 1 direncanakan akan dibiayai menggunakan APBD Provinsi DKI Jakarta dan Kementerian PUPR melalui bantuan Pemerintah Jepang. Nilai investasi untuk pembangunan IPAL zona 1 sebesar Rp 9,87 triliun (Rp 7,7 triliun Kementerian PUPR dan Rp 2,17 triliun APBD DKI), termasuk untuk jaringan perpipaan dengan sistem interseptor.

IPAL zona 1 akan mulai dibangun pada Februari 2021 di kawasan Pluit dengan luas lahan 3,9 hektar dengan kapasitas sebesar 240.000 m3/hari untuk melayani 220.000 Sambungan Rumah (SR) atau 989.389 jiwa. Cakupan layanannya meliputi 41 kelurahan yang tersebar di 8 Kecamatan yakni Kecamatan Menteng, Tanah Abang, Gambir, Sawah Besar, Taman Sari, Tambora, Pademangan, dan Penjaringan. Saat ini telah diselesaikan Detail Engineering Desain (DED). 

Untuk zona 6 akan dibangun IPAL di kawasan Duri Kosambi dengan kapasitas 282.500 m3/hari menggunakan teknologi pengolahan A2O yang dikombinasikan dengan Integrated Fixbed Film Acivated Sludge (IFAS). Target penerima manfaat sebanyak 180.800 jiwa di 2 Kecamatan di Jakarta Pusat, yakni Gambir dan Tanah Abang, serta 8 kecamatan di Jakarta Barat yakni Cengkareng, Grogol, Petamburan, Kebon Jeruk, Kalideres, Palmerah, Kembangan, dan Tambora; Kecamatan Kebayoran Lama di Jakarta Selatan dan Kecamatan Penjaringan di Jakarta Utara. 

Kebutuhan  biaya Pembangunan IPAL zona 6 diperkirakan sebesar Rp 4,6 triliun berasal dari Kementerian PUPR, bantuan luar negeri (BLN) sebesar Rp 3,75 triliun dan Rp 0,85 triliun dari APBD DKI Jakarta. Sebelumnya telah dilakukan penandatanganan kesepakatan nota kesepahaman antara Jepang melalui  JICA dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan pada tanggal 11 Juli 2019. 

Pembangunan IPAL zona 6 terdiri atas 4 fase dan saat ini akan difokuskan pada fase pertama dengan total 4 paket pekerjaan, yakni Paket 1 IPAL (termasuk Stasiun Pompa dan ICB), Paket 2 (Trunk Sewer, Paket 3 (Pipa Servis, Pipa Lateral, dan Pipa Persil dalam model area) serta Paket 4 (Pipa Servis, Pipa Lateral, dan Pipa Persil luar model area). Basic and Detailed Design mulai dilaksanakan pada Agustus 2020 dan diikuti dengan pekerjaan konstruksi.

Solusi Sanitasi dan Air Bersih dari ‘SIAB’ untuk Indonesia

Sekitar dua per tiga berat tubuh manusia terdiri dari air, sehingga air bersih sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh manusia dalam menjalani kehidupan yang sehat dan berkualitas. Namun sampai sekarang sekitar 72 juta orang Indonesia masih belum memiliki akses air minum yang layak.

Hal itu juga yang menjadi perhatian Ratih Rachmatika, Sifa’us Wulaning Arsri, dan Latif Nur Fauzi dari Solo. Apalagi di tempat mereka tinggal, kualitas air menurun seiring sering terjadinya banjir di sungai Bengawan Solo sehingga masyarakat di sana sulit memperoleh air bersih mengingat PDAM setempat mengambil instalasi air dari sungai terpanjang di pulau Jawa tersebut.

Tergerak untuk memecahkan masalah air bersih di Solo, Ratih, Sifa’us dan Latih Nur kemudian mengembangkan alat dan aplikasi digital berbasis internet of things (IoT) yang bisa digunakan untuk monitor dan distribusi air bersih bernama SIAB (Siaga Air Bersih). Aplikasi IoT yang menggunakan sistem big data ini memiliki fitur recycle air secara digital melalui ponsel cerdas serta bisa memantau kualitas air dari faktor pH, kekeruhan, dan suhu secara real-time dan online.

Tidak hanya untuk penggunaan di Solo, tim SIAB berharap mereka dapat mendistribusikan perangkat SIAB ke daerah lain yang mengalami krisis air bersih, sehingga bisa meningkatkan sanitasi sekaligus tingkat kesehatan masyarakat luas. Salah satu usaha yang mereka lakukan adalah dengan mengembangkan kemasan sensor yang lebih ringkas agar dapat lebih mudah digunakan.

SIAB merupakan salah satu peserta The NextDev 2017  yang terpilih sebagai TOP 20 karena dinilai memiliki aplikasi digital dengan kemampuan untuk memberikan solusi dan memberikan peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, agrikultur, dan transportasi. Melalui The NextDev, mereka mengajak generasi muda untuk dapat memanfaatkan teknologi yang dapat memberikan dampak sosial kepada masyarakat.