Kampanye Bantu Remaja Perempuan di Indonesia Timur Pahami soal Mentruasi dan Sanitasi Lebih Baik

Menurut data Kementerian Kesehatan, 70,1 persen remaja perempuan di Indonesia mulai mengalami menstruasi pertama pada rentang usia 10–19 tahun. Di sisi lain, pemahaman tentang manajemen kebersihan menstruasi yang dimiliki remaja masih minim. Debora Comini, perwakilan UNICEF Indonesia, menyebut satu dari dua anak perempuan di Indonesia tidak memiliki cukup pengetahuan mengenai manajemen kebersihan menstruasi. Perlu intervensi agar situasi berubah lebih baik yang mendorong mereka meluncurkan kampanye Dari Saudari. Kampanye itu difokuskan untuk remaja perempuan di wilayah Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat. “UNICEF berusaha mengatasi kesenjangan ini dengan berkolaborasi bersama pemerintah dan sektor swasta,” ujar Debora dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 26 Oktober 2021. Sebagai bagian dari kampanye, mereka membuka akses pengetahuan tentang menstruasi melalui aplikasi Oky. Lewat aplikasi digital buatan UNICEF itu, para remaja perempuan bisa melacak siklus menstruasi, memperoleh tips dan informasi seputar menstruasi sesuai usia dan budaya individu. Di samping itu, kampanye juga memfasilitasi penyediaan fasilitas air bersih, sanitasi, dan kebersihan (WASH) di lingkungan sekolah dengan donasi yang diberikan sebesar Rp1,5 miliar per tahun. Konsumen pun dilibatkan dalam kampanye itu lewat mekanisme pembelian produk. Hingga Oktober 2021, kampanye Dari Saudari berkontribusi pada peningkatan fasilitas WASH di 1.327 sekolah di enam kabupaten/kota, termasuk Sorong, Timika, dan Kupang. Hasilnya diklaim bisa dirasakan oleh lebih dari seribu remaja perempuan di wilayah itu. “Kampanye #DariSaudari menunjukkan komitmen kami dalam meningkatkan taraf hidup dan peluang bagi para remaja perempuan dalam mengakses fasilitas kebersihan yang ramah serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang perilaku sehat, terutama mereka yang berada di daerah pelosok,” ujar Hendra Setiawan, Presiden Direktur Kimberly-Clark Softex Indonesia.

Risiko Infeksi

Kondisi toilet di sekolah menjadi salah satu alasan remaja perempuan enggan mengganti pembalut secara rutin. Salah satunya dialami Calista Inna Kii, siswi kelas 6 SDI Lolaramo, Kabupaten Wewewa Barat, Nusa Tenggara Timur. Padahal, pembalut yang tidak diganti dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan masalah kesehatan reproduksi. Dikutip dari kanal Health Liputan6.com, sebaiknya perempuan mengganti pembalut dalam tiga atau empat jam sekali. Bukan tanpa alasan, selain untuk mencegah banyaknya darah yang keluar, juga untuk mencegah pertumbuhan bakteri di vagina. “Walaupun darah sedikit, ganti saja pembalut sesering mungkin. Karena saat menstruasi, selain darah, ada cairan vagina yang membuat organ wanita lebih lembap dan menjadi tempat hidup mikroorganisme,” kata dokter spesialis kandungan, Liva Wijaya, SpOG. Menurut dokter yang berpraktik di RS Mitra Kemayoran tersebut, daerah vagina menjadi lebih lembap karena terjadi perubahan hormon dan asam (pH). Untuk menjaga kesehatan kewanitaan saat risiko infeksi meningkat, terutama saat periode menstruasi, sebaiknya organ kewanitaan dibersihkan secara teratur dengan cara membasuh organ intim dari depan ke belakang dan dikeringkan dengan baik. Sumber : https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4695203/kampanye-bantu-remaja-perempuan-di-indonesia-timur-pahami-soal-mentruasi-dan-sanitasi-lebih-baik