UNICEF Kampanyekan #DihantuiTai, Hampir 70 Persen Air Minum di Indonesia Tercemar Limbah Tinja

UNICEF atau Badan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan bahwa hampir 70 persen dari 20.000 sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Dikutip dari laman resmi UNICEF, sebuah studi baru menunjukkan sumber air minum rumaha tangga yang diuji di Indonesia tercemar limbah tinja dan menyebabkan penyebaran penyakit diare. Hal ini dapat memicu penyebab kematian bagi balita, sehingga UNICEF menyatakan kampanye dengan #DihantuiTai untuk memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai sanitasi aman. UNICEF menyerukan kampanye untuk memasang, memeriksa, atau mengganti tangki septiknya serta menguras tangki minimal satut kali setiap tiga hingga lima tahun. Perwakilan Sementera UNICEF Robert Gass mengatakan kampanye #DihantuiTai ini juga membentuk tim ‘pemberantas tinja’ dengan misi menyelamatkan wilayah yang dihantui oleh tinja. Cara Melindungi Anak dari Omicron, Ini Saran dari Unicef “Sanitasi yang aman bisa mengubah kehidupan anak-anak dan membuka kesempatan untuk mereka mewujudkan potensi dirinya,” ujar Robert dikutip dari laman UNICEF, Sabtu (12/2/2022). “Sayangnya, ada begitu banyak anak yang tinggal di daerah-daerah terdampak sanitasi tidak aman dan hal ini mengancam setiap aspek pertumbuhan mereka,” Kenapa sumber air minum bisa tercemar limbah tinja? Menurut UNICEF, Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar. Namun, angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septik yang tertutup dan yang rutin membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun adalah kurang dari 8 persen. Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar. Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses ke sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai dan frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah. Selain itu, banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala. Saat ini, Pemerintah Indonesia sedang menyusun peta jalan percepatan akses ke sanitasi yang dikelola secara aman dengan dukungan dari UNICEF dan beberapa mitra lain. Selain itu, akan diselenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Sanitasi dan Air Minum Untuk Semua di Jakarta pada bulan Mei. KTT ini akan dihadiri oleh para menteri yang bertanggung jawab atas urusan air, sanitasi, kesehatan, lingkungan hidup, dan perekonomian dari seluruh dunia untuk mendiskusikan percepatan akses kepada air minum, sanitasi, dan kebersihan. Tips Aman Mengganti Galon Air Minum di Dispenser Atas “Masa pandemi meningkatkan perhatian terhadap pentingnya hidup di lingkungan yang bersih,” kata Gass. “Sanitasi yang tidak dikelola dengan baik bisa melemahkan daya tahan tubuh anak-anak sehingga menimbulkan dampak yang permanen, bahkan kematian. Melalui kampanye ini, kami harap akan makin banyak masyarakat Indonesia yang mau lebih berperan dalam mengelola sanitasi rumah tangga demi meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak serta keluarga mereka.” Sumber : https://www.kompas.com/wiken/read/2022/02/12/105800781/unicef-kampanyekan-dihantuitai-hampir-70-persen-air-minum-di-indonesia?page=all#page2