Hujan Satu Jam, Pertanda Akhiri Musim Kemarau

Hujan dengan intensitas sedang mengguyur kawasan Kecamatan Tanjung Kemuning, Rabu (8/11/2023) dini hari. Hujan mengguyur selama satu jam ini menandai berakhirnya musim kemarau.

Hujan turun disambut baik oleh masyarakat yang sudah lama menanti rintikan air dari langit membasahi bumi.

Meskipun hujan turun belum menambah pasokan air sumur, namun bagi masyarakat sudah menjadi berkah.

Pasalnya, hujan ini diharapkan membawa berkah mengakhirinya kemarau yang melanda. Hujan diharapkan dapat kembali membasahi bumi secara berkelanjutan.

Tanaman yang mengering akibat cuaca panas kembali terlihat segar dan mulai menghijau.

“Hujan turun ini bukan hanya menjadi berkah bagi manusia. Namun, juga tanaman maupun hewan ternak,” ungkap Arnawati (57).

Ada harapan seiring turunnya hujan. Penggarapan lahan sawah akan kembali dimulai, harga beras yang mahal dapat kembali ditekan dengan musim tanam padi.

Sumber : https://nusantaramails.com/hujan-satu-jam-pertanda-akhiri-musim-kemarau/

Prabu Kresna, Inovasi PEP Sukowati Dukung Pertanian Berkelanjutan

Pola pertanian tradisional dengan pemakaian pupuk dan pestisida kimia berlebihan telah berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan yang kemudian juga berimbas terhadap produktivitas pertanian di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur.

Pertamina EP Sukowati Field melakukan inovasi sosial Prabu Kresna dengan sistem swasembada pupuk melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok dengan sistem pola transaksi barter komoditas bahan limbah organik (kotoran ternak, hijauan, hama keong, dan lain-lain) dengan produk pupuk kompos siap pakai.

Program ini juga mengembangkan akses akses irigasi berbasis Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menjawab pertanian sistem tadah hujan yang tidak bertahan di saat musim kemarau tiba.

General Manager (GM) Zona 11 Muzwir Wiratama mengatakan sektor pertanian berperan penting dalam kehidupan, pembangunan, dan perekonomian Indonesia. Sebagai negara agraris, sektor pertanian mampu melestarikan sumber daya alam, memberi hidup dan penghidupan, serta menciptakan lapangan pekerjaan.

“Untuk menjaga keberlanjutan dan mendukung pemerintah menciptakan ketangguhan sektor pertanian di Indonesia, PEP Sukowati Field melakukan inovasi sosial Prabu Kresna. Selain itu, program ini juga menghasilkan perbaikan kualitas lingkungan, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG),” ujarnya di Kabupaten Bojonegoro, Rabu (8/11/2023).

Program ini, lanjut Muzwir, juga berkontribusi dalam capaian agenda internasional Sustainable Development Goals khususnya tujuan 15 (Ekosistem Daratan), tujuan 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), Tujuan 1 (Tanpa Kemiskinan), dan Tujuan 2 (Tanpa kelaparan).

Sistem pengelolaan Rumpos (rumah kompos) tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan produk bahan pertanian, sistem ini juga mencakup pengorganisasian kelompok petani melalui pembelajaran sekolah lapang yang berhasil menggeser paradigma pertanian konvensional ke arah pertanian organik khususnya metode SRI yang mengembangkan pemanfaatan potensi sumber daya lokal dan pemanfaatan limbah organik sebagai bahan utama perbaikan dan peningkatan kesuburan tanah.

Penerapan program ini sebagai bentuk upaya perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian. Rantai ekosistem yang telah terputus akibat optimalisasi pemakaian pupuk dan pestisida kimia, kini mulai kembali. Perbaikan rantai ekosistem ditandai dengan munculnya musuh-musuh alami pada lahan pertanian. Munculnya musuh-musuh alami pada lahan pertanian adalah sebagai bentuk pengendalian hama secara biologi, yang dengan kata lain inovasi ini turut mengembalikan keanekaragaman hayati.

Selain pemanfaatan limbah organik, program ini juga mengembangkan pemanfaatan sulfur yang diolah menjadi bahan bangun material pembuatan rumah kompos. Pemanfaatan sulfur ini menjadi salah satu upaya pengurangan timbunan sulfur sebagai solusi pencegahan permasalahan lingkungan bagi masyarakat.

Field Manager PEP Sukowati Field, Totok Parafianto mengatakan, Program Prabu Kresna berhasil menjawab permasalahan krisis pupuk sebagai isu nasional saat ini, melalui sistem swasembada pupuk yang berbasis pada pengelolaan sistem Rumpos dengan pola transaksi natura. Penerapan program ini berhasil melakukan perbaikan lingkungan khususnya pada aspek perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian, serta berdampak pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan.

“Program ini mewujudkan langkah pasti sistem kehidupan berkelanjutan dan budaya berkelanjutan dimana masyarakat mulai kembali hidup dengan berbasis pada potensi lokal yang ada sekaligus menerapkan prinsip zero waste melalui pemanfaatan limbah-limbah yang ada serta penerapan efisiensi sumber daya sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” kata dia.

Inovasi sosial Prabu Kresna juga berhasil meningkatkan kapasitas masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, juga mendorong terciptanya kohesivitas masyarakat sasaran melalui upaya rekonsiliasi konflik terkait ketegangan sosial antara 2 dusun (Dusun Nggandu dan Dusun Kayunan) di Desa Rahayu akibat konflik politik lokal dan menghindari marginalisasi terhadap petani gurem terkait penyediaan akses irigasi.

Dampak dari program ini adalah peningkatan pendapatan petani gurem rata-rata Rp5,3 juta, petani lahan Rp22 juta dan buruh tani Rp8,8 juta per musim tanam. Selain itu dampak lingkungan terdapat pemanfaatan limbah kotoran ternak rata-rata 5 ribu kilogram (kg)/bulan sebagai bahan utama pembuatan kompos dan pengurangan 400 kg pupuk kimia/Ha/musim tanam yang meminimalisasi potensi terjadinya residu pada lahan pertanian seluas 1 hektare (ha).

Sutikno, Ketua Gapoktan Rahayu, mengakui adanya perbedaan yang signifikan antara hasil panen pertanian organik dibanding metode konvensional.

“Dulu sebelum melaksanakan pertanian organik, kami hanya bisa paling banyak panen 2 ton/ha. Saat ini di musim pertama pertanian organik kami mampu panen rata-rata 7 ton/hektar,” ungkapnya.

Pria yang akrab dipanggil Pak Wo Tik ini mendukung penerapan program ini dengan menjadikan lahan bengkoknya untuk dijadikan sebagai salah satu demonstration plot pertanian organik yang menjadi pusat pembelajaran bersama bagi seluruh anggota gapoktan. Tak hanya itu, Pak Wo Tik juga menyediakan lahan pribadinya untuk kemudian difungsikan untuk pembangunan rumah kompos yang menjadi sentra pembelajaran.

Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina merupakan pengelola hulu migas yang secara geografi tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua yang terdiri dari asset offshore dan onshore. Selain itu, terdapat 1 aset downstream yaitu Donggi Senoro LNG. Wilayah kerja di bawah Regional Indonesia Timur yaitu Zona 11 (Alas Dara Kemuning, Cepu, WMO, Randugunting, Sukowati, Poleng, Tuban East Java), Zona 12 (Jambaran Tiung Biru, Banyu Urip), Zona 13 (Donggi Matindok, Senoro Toili, Makasar Strait), dan Zona 14 (Papua, Salawati, Kepala Burung, Babar Selaru, Semai).

Sumber : https://www.indopos.co.id/ekonomi/2023/11/08/prabu-kresna-inovasi-pep-sukowati-dukung-pertanian-berkelanjutan/

Prinsip Dasar Program Cleaning & Sanitasi

Musim kemarau atau musim kering adalah periode tahunan di mana suatu wilayah atau daerah mengalami cuaca yang kering dan hujan jarang terjadi atau sangat minim. Musim kemarau ditandai oleh curah hujan yang rendah atau bahkan tidak ada hujan sama sekali dalam jangka waktu yang berlangsung beberapa bulan hingga bertahun-tahun. Selama musim kemarau, hal yang kerap terjadi yakni berkaitan dengan kelangkaan air. Curah hujan yang minim mengakibatkan sungai, danau, dan cadangan air terus menerus mengecil, bahkan bisa mengering sepenuhnya. Musim kemarau yang mengakibatkan kelangkaan air berdampak sangat signifikan pada lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak musim kemarau yakni terjadinya kekurangan air yang dapat berdampak buruk pada pasokan air bersih, dan pertanian. Tanaman menjadi gersang dan kekeringan dapat menyebabkan kekurangan pangan serta kelaparan.

Selain itu, musim kemarau juga dapat berdampak pada kesehatan manusia. Kekurangan air bersih dapat mengakibatkan penyebaran penyakit, dan kondisi udara yang kering dan berdebu dapat memperburuk masalah pernapasan. Untuk mengatasi dampak musim kemarau, tindakan konservasi air perlu diterapkan, seperti mengurangi penggunaan air dan menyimpan air hujan. Pemerintah dan lembaga terkait juga dapat memantau pasokan air dan memberikan bantuan kepada daerah yang terdampak. Langkah-langkah pencegahan dan persiapan juga penting untuk mengurangi dampak serius musim kemarau pada daerah yang mengalami kekurangan air. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara menghemat air sehari-hari agar pasokan air dapat bertahan lebih lama selama musim kemarau. Lantas bagaimana cara menghemat air dalam kehidupan sehari-hari?

Cara Hemat Air, Manfaat Air, dan Upaya Menjaga Kelestariannya Cara Menghemat Air pada Musim Kemarau Menghemat air merupakan langkah penting untuk menjaga pasokan air bersih, khususnya selama musim kemarau atau dalam kondisi lingkungan yang rentan kekeringan. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menghemat penggunaan air sehari-hari mulai dari kebiasaan sederhana atau menerapkan perilaku adaptif selama musim kemarau. Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini cara menghemat air bersih saat musim kemarau.

1. Matikan keran air saat tidak digunakan Kendalikan penggunaan air dengan mematikan keran air saat tidak digunakan. Hindari menyalakan keran air saat sedang menyikat gigi. Selain itu, segera matikan keran air saat tidak digunakan.

2. Atur penggunaan air saat mandi Saat mandi pastikan untuk menggunakan air secara tidak berlebihan. Gunakan air secukupnya dengan menampung air yang akan digunakan untuk mandi pada ember. Dengan demikian, air di bak tidak akan terkuras habis untuk mandi.

3. Hindari mandi dengan durasi lama Mandi berlama-lama saat musim kemarau memang akan membuat tubuh menjadi terasa segar. Namun demikian, di tengah musim kemarau gunakan air dengan bijak. Atur durasi mandi, sehingga Anda bisa menghemat air bersih saat kemarau berkepanjangan.

4. Segera perbaiki pipa air yang bocor Di tengah musim kemarau, sudahi perilaku mengabaikan pipa air yang bocor. Ketika pipa air bocor, air yang seharusnya mengalir ke tempat yang dituju sebagian besar terbuang percuma. Perbaikan pipa air yang bocor membantu menghentikan pemborosan air atau membuat air terbuang sia-sia.

5. Kurangi pemborosan makanan Mengolah makanan sangat sarat akan penggunaan air. Untuk itu, mengonsumsi makanan secukupnya sama dengan menggunakan air secukupnya. Mengonsumsi makanan berlebihan atau bahkan membuang makanan merupakan tindakan pemborosan air.

6. Siram tanaman pada waktu yang tepat Sirami tanaman di pagi hari atau akhir hari untuk mencegah air langsung menguap di bawah sinar matahari. Siram tanaman di bagian akar atau tanah langsung sehingga cairannya langsung ke akar atau ke area yang dibutuhkan. Hindari menyiram tanaman dari bagian atas.

7. Tampung air bekas Menampung air bekas ini bisa dilakukan salah satunya saat mencuci air, mencuci beras atau lainnya. Air bekas mencuci yang ditampung dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

8. Atur penggunaan mesin cuci Cuci pakaian saat sudah terkumpul dan dapat mengisi penuh mesin cuci. Dengan cara ini, Anda dapat memanfaatkan listrik dan air secara efektif. Mencuci baju sedikit demi sedikit dengan mesin cuci cenderung akan membuang-buang air.

9. Tidak memandikan ternak Saat musim kemarau tiba, masyarakat di beberapa wilayah menghindari memandikan ternak mereka. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan air yang terbatas, terutama saat air dari sumber-sumber alami mengering. Sebagai solusi, mereka membatasi penggunaan air dengan tidak memandikan ternak sehingga tidak membuang-buang air yang ketersediaannya terbatas.

10. Tidak mencuci kendaraan Sama seperti dalam kasus memandikan ternak, mencuci kendaraan dianggap tidak penting selama musim kemarau. Alih-alih untuk mencuci kendaraan, air yang terbatas dalam periode kemarau dapat digunakan untuk hal yang lebih penting.

BMKG Sebut Musim Kemarau Diprediksi Selesai Akhir Oktober Ini Manfaat Menghemat Air bagi Lingkungan dan Kesehatan Air merupakan komponen penting dalam siklus hidup makhluk di bumi, tak terkecuali untuk manusia. Sejak membuka mata ketika bangun tidur hingga tidur kembali, manusia tak bisa terlepas dari air. Untuk itu, penting sekali perilaku bijak dalam menggunakan air. Menghemat air bukan hanya tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, tetapi juga mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan langkah-langkah sederhana dalam penghematan air, kita dapat mencapai manfaat berkelanjutan baik bagi alam maupun kesehatan kita sendiri. Berikut ini manfaat menghemat air untuk lingkungan:

1.Konservasi sumber daya alam Menghemat air berkontribusi pada konservasi sumber daya alam, terutama air tawar. Air adalah sumber daya alam yang terbatas, dan dengan populasi yang terus bertambah, konservasi air menjadi semakin penting.

2. Pemeliharaan ekosistem Ketersediaan sumber daya air yang cukup penting bagi keberlanjutan ekosistem. Dengan menghemat air, kita dapat menjaga aliran sungai, danau, dan hutan yang menjadi rumah bagi berbagai jenis tanaman dan satwa liar.

3. Mengurangi kebakaran hutan Musim kemarau sering kali meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan. Dengan menghemat air, kita dapat membantu mengurangi risiko kebakaran hutan yang merusak lingkungan dan mengancam kehidupan manusia dan satwa liar.

4. Mengurangi pencemaran air Semakin sedikit air yang digunakan, semakin sedikit limbah cair yang dihasilkan. Ini dapat membantu mengurangi pencemaran air dan menjaga kualitas air yang lebih baik.

Berikut ini manfaat menghemat air untuk kesehatan:

1. Pencegahan penyebaran penyakit Ketersediaan air bersih sangat penting untuk menjaga kesehatan masyarakat. Menghemat air berarti memastikan pasokan air bersih yang mencukupi untuk keperluan minum, mandi, dan sanitasi. Ini membantu mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi.

2. Mengurangi kekeringan Menghemat air juga berperan dalam mengurangi dampak kekeringan. Selama musim kemarau, pasokan air dapat menjadi sangat langka. Dengan praktik penghematan air, kita dapat memastikan bahwa pasokan air tetap mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Mengurangi biaya pengobatan Dengan menjaga kualitas air bersih, kita dapat mengurangi risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh air yang terkontaminasi. Hal ini pada akhirnya merupakan upaya untuk menjaga kesehatan sehingga mengurangi biaya pengobatan dan perawatan kesehatan.